Showing posts with label Biologi. Show all posts
Showing posts with label Biologi. Show all posts

Berani Cicip "Steak" Kotoran Manusia?

Share


KOMPAS.com — Steak daging sapi pasti semua orang sudah bisa membayangkan nikmatnya. Tapi bagaimana dengan steak feses alias kotoran manusia? Beranikah Anda menyantapnya?

Ilmuwan asal Jepang berhasil menciptakan steak berbahan feses tersebut. Adalah Mitsuyuki Ikeda dari Okayama Laboratory yang menciptakan steak langka itu. Ia tak cuma iseng sebab inovasinya adalah respons dari masalah yang dihadapi Tokyo Sewage, badan pengelola limbah kota Tokyo.

Populasi manusia menimbulkan akumulasi lumpur limbah mengandung feses yang berlebihan. Kandungan protein yang tinggi dalam lumpur limbah jadi pemicu munculnya ide langka Ikeda. Ia lalu mengekstrak protein dan menambahkan pemercepat reaksi serta melakukan pemrosesan hingga steak feses itu pun tercipta.

Agar tampak seperti daging sapi, Ikeda pun menambahkan pewarna makanan. Setelah dianalisa, ternyata kandungan gizi steak feses tergolong tinggi, terdiri dari 63% protein, 31% karbohidrat, 3% lemak, dan 9% mineral. Beberapa orang yang terlibat dalam uji cita rasa awal juga mengatakan bahwa rasa steak feses ini pun seperti daging sapi betulan.

Ikeda mengakui, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan sebelum steak ini bisa dimakan. Pertama adalah soal biaya sebab harga steak ini mencapai 10 hingga 20 kali lipat dari steak biasa. Masalah yang paling utama juga rasa jijik saat mengetahui bahan baku steak feses.

Cara agar harga bisa ditekan akan terus dilakukan. Sementara, untuk masalah jijik, Ikeda berharap masyarakat bisa melupakan dan melihat kemungkinan menyelesaikan masalah lingkungan dengan memakan steak feses.

Steak feses tidak cuma menyelesaikan masalah limbah, tetapi juga rantai industri daging yang menyumbang 18% emisi gas rumah kaca dan masalah perlakuan keji yang sering dialami hewan.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/06/18/16391162/Berani.Cicip.Steak.Kotoran.Manusia

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Dampak Buruk Barbie di Hutan Indonesia

Share


JAKARTA, KOMPAS.com - Barbie ternyata ikut merusak hutan di Indonesia. Hal ini terungkap dalam hasil investigasi Greenpeace yang dipaparkan hari ini (8/6/11) dalam konferensi pers di Hotel Ibis, Jakarta Pusat.

Bukan lantaran Barbie menjadi subjek yang merusak. Melainkan, produsen Barbie, Mattel, menggunakan kemasan dengan bahan baku berasal dari hutan alam Indonesia, habitat bagi spesies langka seperti Harimau Sumatera.

"Dari hasil penelitian di laboratorium di Amerika, kemasan Barbie mengandung bahan mixed tropical hardwood, berasal dari kayu hutan alam Indonesia," kata Bustar Maitar, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.

Selain Mattel, Greenpeace juga menemukan bahwa beberapa industri mainan terkenal di dunia lainnya juga terlibat perusakan hutan Indonesia. Tiga industri mainan lainnya adalah Disney, Hasbro dan Lego. Dalam investigasi Greenpeace, proodusen-produsen mainan tersebut memakai kemasan yang diproduksi oleh Asia Pulp and Paper (APP). Sudah seringkali APP terungkap melakukan perusakan hutan.

"APP adalah kabar buruk bagi hutan Indonesia. Mereka memperlakukan Indonesia tak lebih tempat pengerukan sumber daya yang dengan mudah dihabiskan, merampas hutan yang penting bagi masyarakat lokal," lanjut Bustar.

Menyikapi hasil penelitian itu, hari ini aktivis Greenpeace berpakaian jas Tuxedo menyerupai Ken, kekasih Barbie, membentangkan spanduk di kantor pusat Mattel, bertuliskan "Barbie: Kita Putus. Aku Tidak Sudi Memiliki Kekasih yang Terlibat Deforestasi."

Bustar mengungkapkan, Greenpeace tidak ingin melakukan boikot terhadap produk mainan itu tetapi mendorong perbaikan. "Kita meminta supaya produsen itu segera menghentikan penggunaan produk dari APP," kata Bustar. Bustar melanjutkan.

"Kita dorong supaya produsen mainan yang mendidik ini juga ikut mendidik untuk tidak merusak hutan." Pada APP, Bustar mengatakan bahwa Greenpeace juga mendorong agar menghentikan aktivitas perusakan hutan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan laju deforestasi tercepat. Diperkirakan 1 juta hektar hutan dihancurkan tiap tahun.

Moratorium yan baru saja belum cukup untuk melindungi hutan alam dan gambut. Target penurunan emisi hanya mungkin dilakukan jika pemerintah menerapkan kebijakan pembangunan rendah karbon.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/06/08/12415499/Dampak.Buruk.Barbie.di.Hutan.Indonesia

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Share





KOMPAS.com — Sebanyak 75 spesies terbaru ditemukan dalam ekspedisi ilmiah ke kepulauan dan laut wilayah Filipina. Di antaranya sejenis serangga seperti belalang atau cicada yang suaranya mirip orang tertawa dan ikan hiu berpunggung coklat sehingga dijuluki hiu kucing.

Hasil riset peneliti California Institute of Science dan peneliti Filipina ini disampaikan kepada media massa, Rabu (8/6/2011). Richard Mooi, salah satu ilmuwan dari California yang terlibat penelitian ini, mengatakan bahwa timnya menemukan ragam spesies bintang laut, landak laut, belut, dan barnacles (sejenis teritip) yang diyakini belum pernah dilihat ilmuwan sebelumnya.

"Kami menemukan setidaknya 75 spesies baru. Mungkin lebih. Analisis lanjut dibutuhkan. Namun yang tak perlu dipertanyakan lagi, kami menemukan 20 spesies bintang laut dan landak laut," urai Mooi.

John McCosker, peneliti lain yang juga terlibat, mengatakan bahwa ilmuwan juga menemukan "hiu kucing" berukuran 60 cm dan memakan udang. Punggung hiu itu berwarna coklat dengan garis gelap dan bagian perut berwarna putih.

Mengungkapkan temuan lain, Terry Gosliner, dekan California Academy, mengatakan, "Kami menemukan spesies belut baru, spesies pipe fish yang mungkin baru, serta spesies barnacles dan nudibranch (keluarga siput) baru."

Penemuan yang paling tak biasa diperoleh pakar serangga Filipina, Irene Lit. Ia menemukan beberapa spesies serangga, termasuk cicada yang menghasilkan suara mirip orang tertawa terbahak-bahak. "Penduduk lokal takut terhadapnya. Mereka pikir itu suara kurcaci yang sedang tertawa," katanya.

Lit menemukan spesies itu di Gunung Banahaw, gunung setinggi 2.158 meter di Pulau Luzon. Lit yang menjadi direktur museum di Universitas Filipina mengatakan, ia akan mengontak Paris Museum of Natural History di Perancis untuk mengonfirmasi bahwa cicada itu merupakan spesies baru.

Langkah yang sama juga ditempuh untuk membuktikan kebaruan spesies lain, meski beberapa pakar menyatakan bahwa mereka sudah bisa memastikan, spesies-spesies tertentu memang spesies baru.

Egardo Gomez, Profesor Marine Science Institute Universitas Filipina, mengatakan, beberapa spesies mungkin berada dalam tekanan. Penyebabnya adalah polusi, penangkapan yang berlebihan, dan perubahan iklim.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/06/10/0922255/Ditemukan.Cicada.yang.Suka.Tertawa

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Kelelawar Hilang, Buah Pun Bisa Lenyap

Share


Kelelawar di Pulau Um, Distrik Makbon, Sorong, Papua Barat, Rabu (4/2). Pulau ini terkenal sebagai habitat bagi ribuan kelelawar serta pesona pantai pasir putihnya.

BOGOR, KOMPAS.com — Kelelawar adalah salah satu hewan yang berperan dalam penyerbukan pohon yang menghasilkan buah. Maka dari itu, kalau populasi kelelawar menyusut bahkan punah, maka buah-buah yang penyerbukannya tergantung padanya pun bisa lenyap. Demikian salah satu hal yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Kelelawar Asia Tenggara ke-2 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Senin ini hingga Rabu (9/6/2011) di Bogor.

Konferensi yang diikuti ilmuwan dari 20 negara ini mengangkat tema "Zoonosis dan Peran Kelelawar dalam Keseimbangan Ekosistem." Beberapa ilmuwan kelelawar yang hadir antara lain Tigga Kingston dari Texas Tech University dan Paula Racey dari University of Exeter. Sementara itu, dari Indonesia hadir Dr Siti Nuramaliati Prijono dan Dr Ibnu Maryanto dari Pusat Penelitian Biologi LIPI. Beberapa di antara mereka memaparkan hasil penelitiannya.

Menggarisbawahi tema konferensi, Siti mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian, 186 spesies tumbuhan obat, penghasil kayu, dan sumber makanan tergantung pada kelelawar jenis Megachiroptera. "Kelompok jenis ini adalah pemakan buah tropikal hutan dan membuang sepah bijinya jauh dari lokasi tumbuhan. Oleh karenanya, ia dijuluki agen pemencar biji," urai Siti.

Ibnu juga menambahkan bahwa 52 jenis tumbuhan di Kebun Raya Bogor bergantung pada kelelawar. Kelelawar, masih menurut Ibnu, juga berperan dalam penyerbukan pohon yang menghasilkan buah, seperti duku, rambutan, dan durian. "Kalau kelelawar hilang, buah pun bisa lenyap," ungkapnya.

Kelelawar juga berperan dalam pengendalian populasi serangga. "Tiap jam, kelelawar itu bisa makan 6.000 nyamuk," cetus Ibnu. Dengan demikian, kelelawar juga berperan dalam pengendalian wabah penyakit seperti malaria.

Siti menambahkan, "Kelelawar berfungsi sebagai predator alami hama pertanian dan salah satu pemakan hama utama padi."

Diakui, kelelawar pun bisa membawa penyakit zoonosis, seperti rabies, hendra, dan nipah yang membunuh 40 persen manusia yang terjangkiti. Namun, Ibnu mengatakan, "Kelelawar hanya sebagai pembawa, bukan penyebab penyakit." Penyakit nipah yang disebabkan oleh virus kali pertama ditemukan di Malaysia dan telah membunuh 105 manusia.

Saat ini, Indonesia memiliki 225 spesies kelelawar. Ibnu mengatakan, 150 di antaranya merupakan spesies pemakan serangga dan 75 lainnya merupakan spesies pemakan buah. Indonesia diketahui memiliki 11 persen dari total spesies yang ada di dunia. Sebanyak 10 spesies masih mungkin ditemukan per tahunnya jika eksplorasi dilakukan secara intensif.

Meski demikian, kelelawar kini menghadapi tekanan yang besar. Ini diakibatkan oleh aktivitas perusakan kawasan karst tempat gua habitat kelelawar. Beberapa jenis kelelawar, seperti Otomops johnstonoi yang endemis di wilayah Alor dan Neopterus trostii yang endemis wilayah Sulawesi, ikut terancam.

Kepala LIPI Prof Dr Lukman Hakim mengatakan, Indonesia sebagai negara mega-keanekaragaman hayati berkewajiban melindungi hal itu, termasuk kelelawar. Ia menyebut, upaya perlindungan bisa dilakukan dengan memanfaatkan kebun raya sebagai wilayah penelitian, konservasi, dan pendidikan.

Sementara itu, Ibnu mengatakan, perlindungan bisa dilakukan dengan melindungi kawasan karst. Menurutnya, dari konferensi ini, ilmuwan akan memberikan rekomendasi bagi pemerintah. "Kelelawar adalah spesies kunci. Kalau tidak ada kelelawar, maka hal itu akan mengganggu keseimbangan ekosistem," ungkapnya. Tentang perlindungan kawasan karst, menurutnya, peraturan pemerintah untuk mengatur hal itu sudah tersedia sehingga kita tinggal melihat pelaksanaannya.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/06/06/16485919/Kelelawar.Hilang.Buah.Pun.Bisa.Lenyap

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ikan-ikan aneh di sekitar Greenland

Share
Jangan berani-berani berenang di laut sekitar greenland, karena banyak ditemukan ikan-ikan menakutkan seperti ini berenang di laut dangkal

Anglerfish




Portuguese Dogfish



Anglerfish



Mediterranean Grenadier, or Rattail



Anglerfish (Chaenophryne longiceps)



Anglerfish, Lophius piscatorius—that's "monkfish" to seafood fans



Catshark



Chiasmodon harteli



Sumber: nationalgeographic.com


Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ada Bakteri Doyan Minum Kopi

Share


KOMPAS.com - Ryan Summers, mahasiswa doktoral di Universitas Iowa menemukan bakteri yang bisa mendegradasi kafein. Minggu lalu, ia mempresentasikan penemuannya di acara 111th General Meeting of the American Society for Microbiology di New Orleans, AS.

Summers mengatakan, "Kami telah mengisolasi bakteri pendegradasi kafein, Pseudomonas putida CBB5, yang bisa mengubah kafein menjadi CO2 dan ammonia." Bakteri itu bisa hidup dalam lingkungan dengan kadar kafein 2,5 gram/liter, yang bagi banyak bakteri sudah tergolong toksik.

Dengan mendegradasi kafein yang terdiri atas unsur karbon, oksigen, nitrogen dan hidrogen, Pseudomonas putida CBB5 mendapatkan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk hidupnya. Menurut Summers, proses degradasi sendiri dibantu oleh 3 macam enzim yang dimiliki bakteri itu.

Dengan kemampuan mendegradasi kafein, bukan tak mungkin bakteri ini juga doyan meminum kopi. Secangkir kopi diketahui rata-rata mengandung 0,8 gram/liter kafein. Pastinya, si bakteri takkan meminum kopi untuk menemani begadang menonton bola.

Menemukan Pseudomonas putida CBB5, Summers mengaku tak terkejut. Sebabnya, kafein sebenarnya juga berkaitan dengan limbah cair rumah tangga dan limbah industri. Tapi, Summers belum mengetahui alasan mengapa ada bakteri yang berevolusi tumbuh di lingkungan dengan kafein.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/05/31/13555617/Ada.Bakteri.Doyan.Minum.Kopi

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Katak-katak yang Hilang Ditemukan Lagi

Share


Hyperolius leucotaenius, jenis katak berkulit transparan yang ditemukan dalam ekspedisi ilmiah ke Kongo.

KOMPAS.com — Sejumlah spesies amfibi berstatus misterius. Mereka belum dinyatakan punah, tetapi juga tak menampakkan keberadaannya selama puluhan tahun. Sejumlah biolog melaksanakan ekspedisi ilmiah untuk mencari spesies amfibi yang "hilang" itu, misalnya di wilayah Kongo.

Setelah melakukan ekspedisi selama dua tahun sejak tahun 2009, para ilmuwan menemukan lima jenis katak yang semuanya unik. Adanya katak-katak itu sebenarnya telah dideskripsikan sejak tahun 1950, tetapi mereka seolah menyembunyikan diri dari manusia.

Salah satu jenis katak yang ditemukan adalah Hyperolius leucotaenius. Katak ini memiliki kulit transparan sehingga organ dalam dan bahkan telur-telurnya bisa terlihat. Spesies katak ini ditemukan di Sungai Elila, bagian tenggara Kongo.

Hyperolius leucotaenius memiliki kepala berwarna hijau transparan serta tubuh berwarna bak plastik. Katak ini juga memiliki pola garis yang berwarna kuning serta ujung-ujung jari kaki yang berwarna oranye. Belum jelas alasan mengapa katak ini memiliki tubuh transparan.

Selain itu, ada tiga spesies yang ditemukan di wilayah dataran tinggi Itombwe, tenggara Kongo. Dua di antaranya adalah Chrysobatrachus cupreonitens yang memiliki tubuh warna hijau dan coklat serta Phrynobatrachus asper yang punya kaki berdaging tebal.

Penemuan spesies Phrynobatrachus asper tergolong unik. Spesies ini ditemukan kembali pada tahun 2009 saat seorang warga desa di dataran tinggi Itombwe menawarkan makan malam berbahan katak tersebut kepada para para ilmuwan.

Satu spesies lagi dari dataran tinggi Itombwe adalah katak berjari kuku atau Arthroleptis pyrrhoscelis. Perkembangan katak ini unik sebab tak melewati fase kecebong. Sementara spesies terakhir adalah Hyperolius chrysogaster, ditemukan di Taman Nasional Kahuzi-Biega, timur Kongo.

Ekspedisi penemuan kembali amfibi yang hilang ini dipimpin oleh El Greenbaum, biolog Universitas Texas di El Paso. Ekspedisi ini didanai secara parsial oleh komite riset dan eksplorasi, National Geographic Society.

"Penemuan tim saya membuktikan bahwa hutan-hutan itu (di wilayah Kongo) masih belum dieksplorasi. Ada banyak keanekaragaman hayati di sana dan belum terlambat untuk menggandakan upaya kita dalam konservasi," kata Greenbaum.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/05/23/15530820/Katak-katak.yang.Hilang.Ditemukan.Lagi

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Burung Ini Kuat Terbang 6.500 Km Nonstop

Share


KOMPAS.com — Burung Gallinagos media atau biasa disebut great sniper (dalam bahasa Inggris), sejenis burung blekek, ternyata mampu terbang mengarungi jarak 6.500 kilometer tanpa henti dengan kecepatan mencapai 97 km/jam. Fakta mengejutkan itu terungkap dalam publikasi peneliti di jurnal Royal Society Biology Letters.

Fakta itu diketahui setelah ilmuwan memasang penanda elektronik pada tubuh burung. Dari observasi, ilmuwan mendapati bahwa burung blekek bisa terbang sejauh 6.170 km nonstop dari Eropa ke Afrika pada bulan Agustus, 7.153 km nonstop selama 3,5 hari pada periode terbang berikutnya, dan 4.620 km selama dua hari pada periode terbang lainnya.

Dr Raymond Klaassesn dari Lund University, Swedia, yang melakukan penelitian mengatakan, "Hasil studi kami menunjukkan bahwa beberapa burung migran memang mempersiapkan diri untuk terbang jauh walaupun tempat pemberhentian dan cadangan tersedia serta harus mengeluarkan energi dalam jumlah besar untuk terbang."

Sementara Grahame Madge dari Royal Society for Protection Bird mengatakan terkejut dengan hasil penelitian ini. "Blekek tak tampak seperti penerbang tangguh. Mereka seperti tak punya kemampuan menyimpan cadangan energi tinggi. Sangat mengejutkan mereka bisa terbang sebegitu jauh tanpa henti," ujarnya.

Burung blekek memiliki warna coklat dan biasanya singgah di wilayah Inggris saat musim gugur dan semi. Burung ini menghabiskan waktu musim panas di wilayah timur Eropa dan musim dingin di Afrika. Burung ini hanya seukuran merpati kecil, jadi wajar jika para ilmuwan pun kaget dengan kemampuan terbang burung ini.

Sayangnya, populasi burung kecil nan hebat ini terancam akibat perburuan. Kini, jumlahnya menurun dan semakin sedikit orang bisa menjumpainya. Dalam setahun, burung ini hanya dijumpai dua-tiga kali. Dengan kelebihannya, blekek menjadi salah satu burung dengan kemampuan terbang terhebat di dunia.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/05/29/16020978/Burung.Ini.Kuat.Terbang.6.500.Km.Nonstop

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Sinyal Ponsel Mengganggu Lebah

Share


KOMPAS.com — Sinyal telepon seluler dapat mengganggu lebah dan menimbulkan efek yang sangat besar.

Dalam eksperimen yang dilakukan Dr Daniel Favre, seorang ahli lebah, dua buah ponsel diletakkan di bawah sarang lebah. Sebuah alat perekam juga diletakkan untuk merekam suara lebah saat ponsel aktif, dinonaktifkan, dan berada dalam modus siaga (stand by). Kemudian, reaksi lebah-lebah itu diamati dengan saksama.

Selama pengamatan, lebah-lebah itu ternyata bereaksi ketika ponsel sedang digunakan melakukan atau menerima panggilan. Mereka meresponsnya dengan mengeluarkan suara bernada tinggi yang biasanya digunakan sebagai tanda untuk mulai berkerumun.

"Selama 20-40 menit setelah ponsel diaktifkan, mereka mulai mengeluarkan suara itu," kata Favre. Dua menit setelah panggilan pada ponsel berhenti, mereka pun kembali tenang.

Pada eksperimen ini, lebah tidak berkerumun, bahkan setelah 20 jam tes sinyal ponsel. Meski begitu, sinyal ponsel terbukti menjadi penyebab para lebah terbang tak menentu. Namun, hal ini tidak sampai membunuh lebah-lebah dalam koloni itu.

Dr Favre, guru yang mantan ahli biologi di Swiss Federal Institute of Technology, Lausanne, mengatakan bahwa studi ini menunjukkan ponsel yang sedang aktif dapat mengganggu lebah dan menimbulkan efek dramatis.

Para ahli lain pun berpendapat, penelitian lebih lanjut terkait apakah ponsel menjadi penyebab terjadinya colony collapse yang menyebabkan koloni lebah turun dengan drastis pada musim dingin lalu masih perlu dilakukan. Ini karena dalam banyak kasus, colony collapse terjadi di daerah terpencil di Amerika yang jauh dari jangkauan sinyal ponsel. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi )

Sumber :
http://tekno.kompas.com/read/2011/05/13/17361114/Sinyal.Ponsel.Mengganggu.Lebah

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Pari Harimau Dinyatakan Spesies Baru

Share


Pari harimau (Potamotrygon tigrina)

KOMPAS.com — Pari harimau, jenis ikan pari air tawar yang berasal dari Amazon, telah lama populer sebagai ikan hias di Asia. Setelah sekian lama para ilmuwan meneliti, akhirnya jenis pari tersebut dinyatakan sebagai spesies baru.

Berdasarkan pola warna hitam-oranye pada bagian ekornya, pari harimau ini dinamai Potamotrygon tigrina. Memiliki lebar sekitar 80 cm, jenis pari ini memiliki perbedaan dengan pari lainnya karena warnanya yang mencolok dan karakteristik tulang ekornya.

"Ini adalah salah satu spesies yang paling cantik," kata Marcello de Carvalho, ahli hewan dari University of Sao Paulo, yang memimpin studi tentang pari harimau ini. Hasil studi Carvalho dipublikasikan di Jurnal Zootaxa.

Sejauh ini, ilmuwan belum bisa memprediksi alasan mengapa pari harimau memiliki warna yang mencolok. Warna dan pola unik pari harimau bisa saja sebuah peringatan bagi hewan lain walaupun sebenarnya spesies ini memiliki sedikit saja predator di alam.

"Sepertinya sulit bagi spesies ini untuk pas masuk ke mulut ikan jenis lain," ungkap Carvalho.

Ia menambahkan, pengetahuan tentang ikan ini masih minim. Pedagang yang menjual dan membiakkan pari harimau diperkirakan jauh lebih mengetahui daripada ilmuwan.

"Mengklasifikasikan secara formal adalah langkah pertama untuk memahami bagaimana cara mengelola sumber daya ikan ini," kata Carvalho.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/05/09/20523662/Pari.Harimau.Dinyatakan.Spesies.Baru

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Bomi, Mahakarya Bangsa Rayap

Share


Rumah rayap, warga Merauke menyebut dengan bomi banyak terdapat di sisi jalan di Taman Nasional Wasur, Papua, Kamis (7/4/2011).

Oleh Amir Sodikin/ Timbuktu H/Erwin Edhi P

KOMPAS.com - Rayap sering dituding sebagai perusak bangunan. Padahal, tidak selamanya demikian. Spesies rayap Macrotermes sp, misalnya, memiliki keahlian unik dalam membuat bangunan rumah dengan kecanggihan teknologi yang mencengangkan manusia.

Rumah rayap atau musamus, ada juga yang menyebutnya bomi atau rai, hanya bisa ditemukan di Taman Nasional (TN) Wasur, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

Selain bangunannya kuat dan tahan gempa, rumah mereka memiliki kecanggihan ventilasi yang bisa mempertahankan suhu hangat secara stabil dan tak terpengaruh cuaca luar. Dengan memaksimalkan desain ruangan, lorong-lorong, cerobong, dan memanfaatkan angin untuk menciptakan tekanan, mereka menerapkan rahasia alam yang baru terungkap sebagian saja oleh para peneliti.

Hal lain yang menakjubkan, di dalam rumah rayap yang diperkirakan berisi jutaan anggota koloni itu, bekerja sebuah sistem yang bisa menghidupi koloni rayap hingga puluhan tahun. Publikasi NM Collins dalam Journal of Animal Ecology, Februari 1981, menyebutkan, rumah rayap Macrotermes sp yang masih hidup dan berpenghuni mampu bertahan antara 15-20 tahun.

Dengan kontrol utama yang dikeluarkan oleh sang ratu rayap menggunakan teknologi feromon yang dimilikinya, kedisiplinan interaksi rayap pekerja, rayap prajurit, dan rayap reproduksi menarik perhatian banyak pihak. Rayap-rayap memiliki kemampuan homeostasis, yaitu ketahanan dalam mekanisme pengaturan lingkungan agar suhu dan kelembapan ruangan dalam rumah mereka stabil. Homeostasis adalah salah satu kata kunci penting dalam biologi yang sulit ditiru teknologi manusia.

Karena itu, beberapa peneliti tergoda menyebut rumah rayap dan koloninya sebagai satu kesatuan organisme yang disebut supraorganisme sosial, gabungan dari fungsi unit fisiologi dan unit sosial, seperti diungkapkan Alfred E Emerson dalam publikasinya di jurnal Ecological Society of America, April 1956. Ia dianggap satu kesatuan organisme yang memiliki teknologi mandiri (self-regulation) untuk bertahan hidup dengan berbagai kondisi cuaca.

Tak heran jika para peneliti dari berbagai belahan dunia tertarik mengadopsi teknologi rayap untuk mewujudkan bangunan yang mandiri secara sistem, teknologi ventilasi yang canggih, serta adanya sistem penstabil kelembapan udara yang bekerja setiap saat.

Seperti belimbing

Dari jalan trans Papua yang membelah TN Wasur, dengan mudah kita bisa menemukan konstruksi unik berwarna merah bata hingga cokelat. Menjulang hingga tiga meter dari atas tanah kering yang disesaki rumput liar di antara deretan acak pepohonan bus (sejenis Melaleuca sp). Bagian atasnya melancip, bak gedung pencakar langit.

Tak jauh dari bangunan pertama, terlihat bangunan-bangunan lainnya, menyembul dengan tinggi beragam, sekitar 1,5 meter-2,5 meter. ”Bangunan itu adalah bomi atau rumah musamus atau rayap. Orang sini ada yang menyebut rai,” ujar Syaiful Anwar, pengendali ekosistem hutan TN Wasur.

Bomi adalah rumah koloni rayap yang juga dikenal dengan nama anai-anai, semut putih, atau ranggas. Adapun jenis rayap yang membangun bomi adalah Macrotermes sp yang termasuk famili rayap tanah (Termitidae) dan dalam ordo Isoptera (rayap/laron). Banyak khalayak salah menyebut bomi sebagai rumah semut.

Arsitektur rumah rayap ini unik. Dilihat secara horizontal, bentuknya menyerupai buah belimbing yang dipotong salah satu bagian ujungnya dan diberdirikan. Terdapat tonjolan dan cerukan dengan penampang membentuk bintang bersudut tak beraturan. Inilah desain yang digunakan para rayap untuk menciptakan tekanan angin sehingga mampu dikontrol ketika melewati lorong-lorong bangunan mereka.

Diameter bomi yang sudah tua sekitar 1-2 meter. Setiap bomi punya jumlah sudut bintang yang berbeda bergantung pada kondisi lingkungan di sekitarnya, seperti letak pohon yang ada di dekatnya.

Bomi yang tingginya di bawah satu meter bentuknya belum menyerupai buah belimbing, masih seperti corong tak beraturan. Tinggi bomi bervariasi. Sejumlah bomi yang pernah terpantau Balai TN Wasur mencapai tinggi 5 meter.

Ibarat rumah tumbuh, tinggi bomi setiap waktu terus bertambah. Namun, menurut Syaiful, belum ada penelitian yang dapat menyebutkan dengan akurat berapa sentimeter tinggi bomi bertambah dalam tiap tahunnya. Diperkirakan, untuk membangun bagian bawah (fondasi) butuh waktu 1-2 tahun. Umumnya, fondasi bomi itu dibentuk setelah musim hujan selesai dan ketika tanah masih basah.

Tembok (permukaan) rumah rayap ini mengeras saat musim kemarau. Bahkan, membatu dan relatif kuat untuk dipanjat dan diduduki oleh orang dewasa seberat 70 kilogram. Pecahan bomi mati yang telah ditinggalkan koloni rayap dimanfaatkan untuk memasak sagu atau ubi dengan metode bakar batu oleh Suku Marind, suku asli di kawasan tersebut. Maklum, di Merauke memang sulit sekali mencari batu karena daratannya berupa rawa.

Kuatnya konstruksi bomi karena bahan dasarnya adalah tanah, serasah kayu, daun, akar, ranting, dan rumput yang tumbuh pada radius 200 meter dari bomi. Selanjutnya bahan tersebut dicampur air liur rayap yang berfungsi seperti semen untuk perekat. Jika sebagian bomi dibongkar, akan terlihat serasah rumput yang menyusun dinding dalam bomi.

Karena itulah persepsi rayap sebagai perusak gedung akan runtuh jika kita mengetahui bahwa rayap malah mampu membangun bangunan megah yang berukuran lebih dari tiga ratus kali ukuran tubuhnya.

Frederikus Gebze, Kepala Pusat Kajian Pengembangan Masyarakat Marind, mengatakan, bomi atau musamus memiliki nilai-nilai filosofis khusus. Bomi adalah mahakarya rayap yang dibangun dengan semangat gotong-royong dan menjadi rumah bersama yang tahan segala cuaca, hujan, kemarau, gempa, bahkan tahan terhadap kebakaran hutan.

Bangunan mewah musamus ini pun dibuat tanpa merusak lingkungan dan justru menghargai lingkungan setempat.

Sudah saatnya manusia belajar pada rayap...

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2011/05/02/17032842/Bomi.Mahakarya.Bangsa.Rayap

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ulat bulu fotogenik

Share
Pasti sering liat yang namanya ulat bulu. Binatang kecil dari jenis serangga ini memang sedikit menjijikkan dan biasanya dihindari karena bikin gatel kalau bulunya tidak sengaja nempel di kulit kita. Meski demikian ada banyak jenis ulat bulu yang warna-warnanya indah yang pantas dijadikan objek fotografi alias fotogenik. Silahkan dilihat, dipegang jangan...














Ulat-ulat bulu di atas berjenis: Limacodidae, Brahmaea hearseyi, Achelura (Zygaenidae), Nymphalidae, Calliteara horsfeldii

Sumber: http://aneh-tapi-nyata.blogspot.com/2009/06/ulat-ulat-bulu-yang-fotogenik.html


Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Lapar Ubah Perilaku Seks Laba-laba

Share


Laba-laba serigala betina (Schizocosa ocreata).

KOMPAS.com — Rasa lapar bisa memengaruhi laba-laba betina dalam memilih pasangan kawin. Perubahan cuaca dan lingkungan dapat mengakibatkan kelangkaan bahan makanan. Dampaknya ternyata berhubungan dengan kecenderungan pemilihan pasangan dan reproduksi serangga, khususnya laba-laba.

Untuk mengamati sejauh mana rasa lapar memengaruhi laba-laba betina dalam memilih pasangan beserta tingkat agresivitasnya, para peneliti University of Cincinnati melakukan studi terhadap laba-laba serigala betina (Schizocosa ocreata), jenis laba-laba yang sering ditemui di Kanada dan timur Amerika. Laba-laba serigala betina terkenal mempunyai potensi agresivitas tinggi, bahkan cenderung kanibal saat didekati laba-laba jantan yang berupaya memikatnya.

Ada tiga kondisi laba-laba betina yang diamati, laba-laba yang cukup makan, laba-laba yang kelaparan dalam waktu yang belum terlalu lama, dan laba-laba yang kelaparan dalam waktu lama. Ketiganya menunjukkan perilaku yang berbeda.

Secara umum, laba-laba jantan berbadan besar dengan jumbai kaki yang besar paling diminati laba-laba betina, baik yang kenyang maupun yang kelaparan. Laba-laba jantan itu juga lebih terhindar dari kemungkinan dikanibal oleh laba-laba betina. Dengan begitu, kemungkinan peningkatan populasi laba-laba jantan berkualitas yang "menarik" ini pun semakin tinggi.

Namun, laba-laba jantan berukuran kecil dengan kaki pendek besar peluang menjadi korban. Laba-laba yang cukup makan tidak terlalu memedulikan laba-laba jantan kecil dan lebih pemilih laba-laba besar sebagai pasangan. Laba-laba yang lapar jangka pendek tidak terlalu tertarik kawin dan sangat agresif terhadap laba-laba jantan kecil. Sementara laba-laba betina yang lapar jangka panjang malah suka kawin dan agresif.

"Hasil studi ini menunjukkan laba-laba betina yang lapar mengubah kecenderungannya. Mereka kawin dengan laba-laba jantan yang disukainya dan memangsa yang tidak diminatinya," kata George Uetz, profesor biologi di University of Cincinnati.

Menurut Uetz, studi ini memberikan indikasi terhadap apa yang akan terjadi apabila perubahan lingkungan memengaruhi sumber makanan pada populasi hewan. Sekaligus membawa titik cerah mengenai efek yang mungkin terjadi pada preferensi pemilihan pasangan kawin dalam jangka pendek maupun jangka panjang saat sumber makanan langka serta potensi dinamika populasinya dalam jangka panjang.(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/07/15555062/Lapar.Ubah.Perilaku.Seks.Laba-laba

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ulat Bulu di Probolinggo Fenomena Baru

Share


Ulat bulu yang menyerang Perkantoran Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (5/4/2011).

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, Aunu Rauf PhD, mengatakan, hama ulat bulu tanaman mangga di Probolinggo, Jawa Timur, adalah jenis baru yang belum pernah terekam keberadaannya di Indonesia. Dalam ranah konservasi biologi, hewan semacam itu terindikasi disebut sebagai spesies alien yang bisa berpengaruh terhadap ekosistem yang ada.

"Dalam kepustakaan hama tanaman mangga, hama jenis ini belum pernah tercatat," ungkap Aunu yang menyelesaikan studi doktoral dalam bidang ilmu serangga (entomologi) di University of Wisconsin Madison, Amerika Serikat, Rabu (6/4/2011).

Meskipun demikian, ia membantah bahwa hama ulat bulu tersebut adalah spesies baru. "Bukan spesies baru ya, hanya hama ini belum pernah ditemukan sebelumnya. Jadi ini hanya pertama kalinya menyerang," tuturnya.

Ia sebelumnya memperkirakan bahwa ulat bulu tersebut adalah spesies Lymantria marginata. Spesies tersebut dikenali dari motif sayapnya yang berbeda antara jantan dan betina saat dewasa. Jantan bersayap gelap, sedangkan betina bersayap putih berbintik.

Beberapa ahli sempat menduga bahwa hama yang menyerang Probolinggoi tersebut adalah Dasychira inclusa. Namun, ia mengatakan, "Ini lain. Kalau Dasychira inclusa morfologinya tidak begitu. Hama Probolinggo ini warna sayapnya putih."

Beberapa hari lalu, Aunu baru kembali dari Probolinggo untuk pengambilan sampel ulat. "Untuk sekarang baru sedang proses pemeriksaan dahulu untuk diidentifikasi jenisnya," katanya.

Ia mengatakan, serangan hama di Probolinggo adalah faktor alam. Pesatnya populasi ulat bulu yang diikuti serangan ke tanaman mangga mungkin terjadi karena predator spesies ini, seperti burung atau serangga lain, berkurang populasinya.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/06/16161152/Ulat.Bulu.di.Probolinggo.Fenomena.Baru

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Mangrove Hambat Perubahan Iklim

Share


BOGOR, KOMPAS.com — Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Masalahnya, mangrove terus mengalami kerusakan dengan cepat di sepanjang garis pantai, sejalan dengan persoalan emisi gas rumah kaca.

Para ahli dari Center for International Forestry Research (Cifor) dan USDA Forest Service menekankan perlunya hutan mangrove dilindungi sebagai bagian dari upaya global dalam melawan perubahan iklim.

"Kerusakan mangrove saat ini sudah pada tingkat yang menghawatirkan. Ini harus dihentikan. Penelitan kami menunjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan kunci dalam strategi mitigasi perubahan iklim," kata Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Cifor, Selasa (5/4/2011) malam.

Daniel mengemukakan, pada 15 -20 tahun lalu, luas hutan mangrove Indonesia masih sekitar 8 juta hektar. Saat ini diperkirakan tinggal 2,5 juta hektar.

Cifor mengungkapkan, sebuah studi yang dipublikasikan pada 3 April 2011 dalam Nature GeoScience, para ahli mengukur cadangan karbon dalam hutan mangrove berdasarkan atau luas areal wilayah Indo-Pasifik. Tidak ada studi selama ini yang mengintegrasikan pentingnya mengukur total cadangan karbon mangrove berdasarkan geografi atau luas wilayah hutan mangrove.

Dari hasil-hasil tersebut, para ahli mengestimasi bahwa tingkat pembusukan dan penguraian di hutan mangrove lebih cepat daripada hutan di daratan. Sebagian besar karbon disimpan di bawah hutan mangrove, yang dapat dilihat, yakni antara tanah dan air.

Mangrove hidup sepanjang pantai dari sebagian besar laut-laut utama di 188 negara. Sebanyak 30 sampai 50 persen berkurangnya mangrove sepanjang setengah abad lalu telah menimbulkan ketakutan. Sebab, bisa jadi mangrove akan punah seluruhnya dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun.

Kelanjungan mangrove juga terancam oleh tekanan pertumbuhan kota dan pembangunan industri, sebagaimana ancaman dari pertumbuhan tambak atau fish farm yang tidak terkendali.

"Saat ini belum ada kesadaran akan bahaya kehilangan mangrove bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Sehingga, setiap pemerintah harus ditekan agar menyadari pentingnya dan membuat kebijakan yang dapat melindungi hutan mangrove," kata Daniel.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/06/00514794/Mangrove.Hambat.Perubahan.Iklim

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Hutan Bakau Simpan Lebih Banyak Karbon

Share


JAKARTA, KOMPAS.com - Hutan bakau ternyata menyimpan lebih banyak karbon dibanding kebanyakan hutan hujan tropis. Hal tersebut terungkap dalam hasil penelitian Center for International Forestry Research (CIFOR) dan USDA Forest Service.

Penemuan ini menggarisbawahi pentingnya pelestarian hutan bakau sebagai langkah mengatasi perubahan iklim. Selama ini, hutan bakau di kawasan pesisir selama ini dirusak dalam kecepatan signifikan, berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.

Daniel Murdiyarso, ilmuwan senior CIFOR mengatakan, "Hutan bakau dihancurkan sangat cepat. Ini perlu dihentikan. Penelitian kami menunjukkan bahwa hutan bakau memainkan peranan penting dalam mitigasi melawan perubahan iklim."

Dalam studi yang dipublikasikan di Nature GeoSceince 3 April lalu itu, ilmuwan menghitung jumlah simpanan karbon di hutan bakau di sepanjang wilayah Indo-Pacific. Sejauh ini, belum ada studi serupa yang mengcover wilayah yang luas.

Dari hasil riset, terlihat bahwa perusakan dan degradasi hutan mangrove bisa menghasilkan setidaknya 10 persen dari emisi perusakan hutan global meskipun hanya terhitung 0,7 persen dari area hutan hujan tropis.

Kebanyakan karbon disimpan di dasar hutan mangrove dan bisa terlihat di permukaan tanah dan air. Mangrove sendiri diketahui terdapat di pantai tepi samudera, tersebar di 118 negara.

Perusakan hutan dan alih fungsi lahan berkontribusi sebanyak 8-20 persen dari total emisi karbon, kedua setelah penggunaan bahan bakar fosil. Inisiatif international REDD+ dipertimbangkan sebagai cara paling efektif menahan laju perubahan iklim.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/05/14061089/Hutan.Bakau.Simpan.Lebih.Banyak.Karbon

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Dua Spesies Baru Ikan Pari dari Amazon

Share


Ikan pari spesies baru dari Amazon dilihat.

KOMPAS.com — Para biolog berhasil menemukan dua spesies ikan pari air tawar baru dari hutan Amazon. Kedua pari tersebut secara informal disebut sebagai pari panekuk karena penampakannya yang mirip panekuk berukuran raksasa.

Kedua spesies tersebut berukuran cukup besar, dinamai Heliotrygon gomesi dan Heliotrygon rosai. Spesimen Heliotrygon gomesi ditemukan di wilayah hutan hujan tropis dekat Iquitos, Peru.

Famili ikan jenis tersebut, terdiri dari ikan pari air tawar di wilayah tropis yang disebut New World, memang dikenal berukuran cukup besar. Ikan pari air tawar bisa mencapai ukuran diameter 1,5 meter saat dewasa.

Penemuan itu dipublikasikan di jurnal Zootaxa edisi 24 Februari 2011. Peneliti sangat terkesan dengan hasil penelitian tersebut. Penemuan ini membuktikan bahwa hutan Amazon belum sepenuhnya tereksplorasi dan terdokumentasi.

Nathan Lovejoy dari Universitas Toronto mengatakan, "Hal terpenting yang diberitahukan penelitian ini adalah masih adanya ikan-ikan besar lain di Amazon yang belum ditemukan dan dideskripsikan."

Selain unik karena bentuknya yang mirip panekuk, ikan pari ini juga berbeda karena ukurannya yang relatif besar, memiliki celah pada bagian perutnya, dan struktur seperti duri di ekornya.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/04/16024331/Dua.Spesies.Baru.Ikan.Pari.dari.Amazon

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ditemukan, Dua Spesies Baru Ular Berbisa

Share



Ular pit viper bermata merah yang diyakini spesies jenis baru.

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan spesies baru ular berbisa dari keluarga pit viper di Asia Tenggara. Penemuan ini adalah hasil ekspedisi mengoleksi ular dari beberapa negara, yakni Vietnam, Laos, Kamboja dan Thailand.

Salah satu spesiesnya dinamai Cryptelytrops rubeus karena warna matanya yang merah delima. Spesies ini memiliki habitat di dekat kota Ho Chi Minh, dataran rendah di selatan Vietnam dan sebelah timur dataran tinggi Langobian di Kamboja.

Sementara spesies lain adalah Cryptelytrops cardamomensis yang memiliki mata berwarna hijau. Spesies tersebut ditemukan di pegunungan Cardamom dan berhabitat di wilayah tenggara Thailand dan tenggara Kamboja.

Dua spesies itu diyakini jenis baru setelah ilmuwan melakukan analisa genetik selama 12 tahun, melihat perbedaan fisik dan persebaran geografis dari variasi ular berbisa yang sebelumnya dikelompokkan dalam jenis ular berbisa mata besar (Cryptelytrops macrops).

Anita Malhotra dari Bangor University, salah satu anggota tim yang terlibat penelitian mengatakan, "Dua spesies itu memiliki perbedaan dalam komponen genetik mitokondria dan inti dan secara geografis terpisah, ada di pegunungan yang berbeda."

Malhotra mengatakan bahwa spesimen ular Cryptelytrops rubeus, terutama sangat sedikit dan hanya beberapa orang saja yang pernah melihat spesies tersebut. "Kami hanya punya sangat sedikit informasi sejujurnya," tandas Malhotra.

Malhotra mengatakan, bahwa ada kemungkinan spesies tersebut ini terancam punah. Hasil penelitian Malhotra dan timnya dipublikasikan di jurnal Zootaxa yang terbit 4 Februari 2011 lalu.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/03/13125735/Ditemukan.Dua.Spesies.Baru.Ular.Berbisa

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


5 Laba-laba paling berbahaya di Dunia

Share
Laba-laba memberikan kontribusi tak terhitung untuk ekosistem bumi. Mereka membersihkan populasi serangga berbahaya, memelihara tanaman dan hewan penting. Sutra mereka adalah suatu keajaiban alam, dan dapat dimanfaatkan untuk aplikasi militer dan industri untuk manusia.Berikut adalah 5 laba-laba paling mematikan yang dikenal manusia.

5. The Red Back



Laba-laba Redback (punggung merah) ditemukan di seluruh penjuru Australia. Redback betina biasanya berwarna hitam dengan jejak merah dan bergaris oranye di punggung. Laba-laba ini memiliki racun neurotoksik dan bila tergigit dapat menyebabkan melemahnya otot, mual, muntah dan berkeringat. Yang paling fatal adalah lumpuh dan menimbulkan kematian.

4. The Funnel-Web



Laba-laba funnel-web juga berasal dari Australia. Funnel-web jantan berwarna hitam atau coklat mengkilap. Laba-laba ini saat menyerang, berdiri dengan kaki belakang mereka, memperlihatkan taring mereka. Mereka juga memiliki racun neurotoksik dan gigtan mereka dapat menyebabkan air liur berkeringat, kejang, dan keluar air mata. Bahkan hanya dengan melihat mereka, kamu bisa mengeluarkan air mata.

3. The Brazilian Wandering



Laba-laba Brazilian Wandering ditemukan di hutan Amerika Selatan. Mereka gugup dan agresif. Gigitannya sangat menyakitkan karena ia melepaskan serotonin ke aliran darah korbannya. Serotonin bisa membuatmu mati seperti terkena overdosis narkoba.

2. The Brown Recluse



Laba-laba kecil ini mempunyai punggung berbentuk biola. Racun Brown Recluse Spider menyebabkan bentol. Gigitannya juga tidak sakit, namun jangan salah, bentolan tersebut kemudian akan membusuk dan terlepas dari bagian tubuh korbannya.

1. The black Widow



Laba-laba ini mungkin adalah yang paling mematikan. Laba-laba hitam mengkilap ini dapat ditemukan di Amerika Utara. Racun neurotoksik mereka menimbulkan rasa sakit saat menggigit, dengan dua tanda taring yang jelas sesudahnya. Gejala-gejala gigitannya termasuk rasa sakit perut dan punggung, kram otot perut, gagal pernapasan, tekanan darah tinggi, kegelisahan dan jika terlampau lama digigit, akan menyebabkan kematian.

Sumber : http://apakabardunia.com/post/tahukah-kamu/5-laba-laba-paling-berbahaya-di-bumi

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Ganggang Mikro Bersihkan Limbah Nuklir

Share


Para pekerja di PLTN Fukushima, Jepang, Rabu (23/3/2011), berupaya untuk mendinginkan PLTN itu. Sistem pendingin reaktor PLTN itu rusak akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu.

KOMPAS.com - Closterium moniliferum, salah satu jenis ganggang mikro yang hidup di air tawar, memiliki potensi untuk membersihkan limbah nuklir yang larut dalam air. Potensi tersebut dipaparkan oleh ilmuwan Northwestern University di Evanston Illinois, Minna Krejci, dalam acara American Chemical Society di Anaheim, California.

Menurut Krejci, alga tersebut mampu membersihkan limbah Strontium-90, salah satu limbah nuklir paling berbahaya dan memiliki waktu paruh 30 tahun. Closterium moniliferum akan menyaring Strontium-90 dari air, mengakumulasi dalam bagian sel-nya yang disebut vakuola dan mengendapkannya dalam bentuk kristal.

Ada sekian tantangan untuk mewujudkan potensi itu. Pertama, limbah reaktor nuklir maupun material radioaktif yang tak sengaja keluar lebih kaya akan kalsium daripada strontium. Ini mempersulit akumulasi strobnsium ke sel alga tanpa harus mengakumulasikan klasiumnya. "Kita butuh metode pemilihan yang sangat selektif dan efisien," kata Krejci.

Kedua, sebenarnya alga ini lebih "cinta" pada Barium sehingga cenderung mengambil unsur tersebut daripada strontium. Tapi, karena strontium memiliki ukuran dan karakteristik antara barium dan kalsium, maka nantinya strontium juga akan terambil. Sementara, kalsium yang memiliki sifat lebih jauh dari unsur tersebut akan tertinggal atau tak terakumulasi.

Kini Kreijci sedang berupaya untuk mengetahui pembentukan kristal dan akumulasi strontium yang lebih selektif. Sejauh ini, telah diketahui bahwa alga tak pernah sengaja membawa strontium ke dalam sel. Kristal terbentuk karena tingginya konsentrasi sulfat dalam vakuola, menyebabkan barium dan strontium dengan kelarutannya yang rendah cepat mengendap.

Untuk mengoptimalkan akumulasi strontium, Kerijci punya beberapa alternatif. Limbah reaktor nuklir atau material radioaktif yang tak sengaja keluar bisa diperkaya dengan barium sehingga memacu alga untuk mengambil strontium pula. Menurut Kreijci, ini bukanlah hal sulit sebab hanya sedikit saja barium yang dibutuhkan.

Kemungkinan lain adalah merekayasa konsentrasi sulfat di lingkungan alga tumbuh sehingga akan mempengaruhi perubahan konsentrasi sulfat di dalam vakuola. "Sekali kita mengetahui bagaimana sel merespon kondisi ini, kita bisa berpikir dengan lebih elegan tentang cara memanipulasinya," papar Kreijci yang memublikasikan idenya di Jurnal Nature.

Hingga kini Kreijci belum mengetes ketahanan Closterium moniliferum di lingkungan radioaktif. Tapi, meski ketahanannya rendah, alga pasti bisa mengakumulasi strontium sebab prosesnya cuma memakan waktu singkat. "Hanya 30 menit hingga 1 jam untuk mengendapkan kristal. Jika tambahan dibutuhkan, mereka mudah untuk dikulturkan," kata Kreijci.

Gija Geme, ahli kimia dari University of Central Missouri mengatakan, "ini adalah hot topics." Menurutnya, kajian Krejci tentang pengakumulasian logam sangat signifikan dampaknya bagi lingkungan. Ia meminta Kreijci untuk tak terlalu lama meneliti mengapa alga mengakumulasi unsur tersebut sebelum mengetesnya langsung dalam membersihkan limbah radioaktif.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/01/15093177/Ganggang.Mikro.Bersihkan.Limbah.Nuklir

Sudah puaskah pasangan anda? Dapatkan infonya disini ...


Artikel Seks

Resep Masakan

Sponsor

 

Merapi Media - Sumber Informasi, Inspirasi dan Imajinasi. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com