Angkasawan Uni Sovet Kapten Yuri Gagarin sebelum penerbangannya ke angkasa luar yang menjadi pertama kali dalam sejarah manusia (Baikonur, 12 April 1961)
Presiden Indonesia Soekarno bersama angkasawan yang pertama Yuri Gagarin dan pemimpin-pemimpin Uni Sovet Nikita Khruchev dan Leonid Brezhnev di Kremlin (Moskow, Juni 1961)
KOMPAS.com - Selasa 12 April 2011, 50 tahun sudah manusia menjalani misi penerbangan ke antariksa. Walaupun Indonesia belum pernah secara langsung terlibat dalam misi penerbangan antariksa berawak, namun prestasi ini pantas dirayakan masyarakat global, sekaligus motivasi untuk bangsa ini.
Adalah Yuri Gagarin, pria berkebangsaan Rusia (saat itu Uni Soviet) yang melakukan penerbangan pertama ke antariksa. Ia melakukannya dengan pesawat Vostok 1. Penerbangannya bertahan selama 108 menit disertai dengan beragam drama, mulai dari gangguan transmisi data, antena dan pemisahan modul.
Ada satu pertanyaan yang mengemuka kala itu. Apa dampak "kondisi tanpa berat" atau weightlessness pada manusia? "Ada kekhawatiran manusia akan kehilangan akal sehat di gravitasi nol, kehilangan kemampuan berpikir rasional," kata Oleg Ivanovsky, salah satu yang terlibat dalam konstruksi Vostok.
Penerbangan memang otomatis. Namun pertanyaannya, bagaimana jika weightlessness menyebabkan kegilaan dan astronotnya mengabaikan program yang telah dibuat. Solusinya, saat itu para insinyur yang terlibat membuat kode keamanan 3 digit. Astronot diwajibkan memasukkan kode untuk mendapat perintah.
Pada akhirnya, semuanya terbukti tak penting. Penerbangan pertama ke antariksa itu sukses. Yuri Gagarin yang melakukan penerbangan menjadi idola bahkan hingga 43 tahun setelah kematiannya akibat kecelakaan saat latihan. Ia juga menjadi model poster partai komunis Uni Soviet.
Semangat menerbangkan manusia pertama sendiri salah satunya muncul dari Sergei Koroloyov, desainer Vostok 1. Semangatnya berkobar setelah peluncuran satelit buatan manusia pertama, Sputnik, pada 4 Oktober 1957 sebagai bagian dari rangkaian Tahun Geofisika International.
Awalnya, misi penerbangan ke antariksa itu hanya didasari keinginan menambah keunggulan Uni soviet dalam perang dingin melawan AS. Namun, akhirnya percobaan terbang selama tahun 1960 dan ledakan launch pad yang menewaskan 126 orang, menyebabkan persoalan keselamatan lebih diutamakan.
Penerbangan pertama yang dilakukan Gagarin hanya terbatas pada orbit tunggal. Tapi, itu tak berarti hal mudah. Boris Chertok, desainer roket top saat itu mengatakan, "melihat standard modern kemampuan roket, kami tak punya optimisme untuk April 1961."
James Oberg, veteran NASA yang kini bekerja sebagai misi angkasa Rusia mengatakan, Korolyov dan stafnya telah berusaha maksimal sehingga penerbangan berjalan mulus. "saya tak melihat adanya cara berbahaya yang diaplikasikan pada Vostok," katanya.
Di luar masalah teknis dan resiko, persaingan untuk menjadi kosmonot pertama yang terbang di antariksa berlangsung ketat. Ada 20 calon kosmonot dan Gagarin adalah favoritnya. Putusan kosmonot yang berangkat baru diberitahukan 3 hari sebelum peluncuran dari kosmodrom Baikonur, Kazahkstan.
Ada momen emosional setelah Gagarin terpilih. Menyadari resiko kegagalan misi, Gagarin menulis surat pada istrinya, Valentina Gagarina. Ia meminta istrinya untuk membesarkan anaknya bukan sebagai putri, tetapi sebagai manusia yang sebenarnya. Ia juga membebaskan istrinya untuk menikah lagi.
"Suratku mungkin terlihat seperti permintaan yang terakhir. Tapi aku tak berpikir begitu. Aku berharap kau tidak pernah melihat surat ini. Dan aku akan sangat malu mendapati momen dimana aku tampak sangat lemah," tulis Gagarin dalam suratnya.
Pada malam sebelum penerbangan, Gagarin dan rekannya, German Titov, tidur lebih awal. Keduanya terbangun pada pukul 5.30 pagi. Gagarin kemudian masuk dalam pesawat antariksa hingga akhirnya meluncur pada pukul 9.07 pagi. "Poyekhali" (kita meluncur sekarang), itulah kata yang terucap sebelum peluncuran.
Segera setelah peluncuran, para insinyur segera mendapat sentakan dengan sinyal gangguan pada booster. Ketegangan sedikit reda setelah adanya laporan Gagarin dari orbit. Tapi, beberapa saat kemudian muncul masalah pada antena yang tak berfungsi sehingga meningkatkan kekhawatiran.
Masalah retrorocket kembali muncul setelahnya. Namun, akhirnya Gagarin kembali dengan selamat dan mendarat di dekat Sungai Volga, 720 kilometer tenggara Moskow. Di sana, ia disambut oleh istri warga sekitar dan cucunya yang sempat mengira Gagarin mata-mata AS.
Setelah penerbangan itu. Gagarin menerima banyak kejutan. Ia dipromosikan hingga 2 level lebih tinggi, menjadi mayor. Pada tanggal 14 April 1961, ia diterbangkan ke Moskow dan bertemua pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev. Dikatakan, suasananya mirip hari valentine.
Mendengar kesuksesan Rusia, AS pun panas. 5 Mei 1961, astronot AS Alan Shepard menjadi orang kedua yang terbang ke anatariksa tapi hanya selama 15 menit. Setelahnya, presiden AS saat itu John F Kennedy merencanakan penerbangan ke Bulan dan akhirnya tercapai 20 Juli 1969.
Ada satu fakta tentang penerbangan ini yang dijaga Uni Soviet selama berpuluh tahun. Gagarin tidak mendarat dengan pesawat, melainkan dengan parasit. Hal tersebut dilakukan untuk pertimbangan keselamatan. Sistem soft landing saat itu belum mendukung.
Terlepas dari hal itu, penerbangan Gagarin telah menjadi awal bagi misi penerbangan antariksa. Penerbangan dengan Vostok 1 disusul oleh penerbangan AS dan Rusia lain, seperti Mercury, Apollo, Soyuz dan Discovery. Sejauh ini, AS, Rusia dan Cina adalah sebagai 3 negara pertama yang melakukan misi antariksa.
Saat ini, beragam misi antariksa dirancang. AS misalnya, merancang misi menuju Asteroid dan Mars. Sementara Rusia baru saja melakukan peluncuran Soyuz ke ISS 5 April 2011 lalu. Misi antariksa kini berkembang pesat dan bahkan telah dirancang wisata ke antariksa. Kapan Indonesia menyusul?
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/04/12/08471894/50.Tahun.Manusia.ke.Antariksa