Pada masa Revolusi Perancis, dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengeksusi para terdakwa secara cepat. Pilihannya ketika itu, jatuh pada Guillotine. Guillotine dirancang untuk membuat sebuah eksekusi semanusiawi mungkin dengan menghalangi sakit sebanyak mungkin. Terdakwa disuruh tidur tengkurap dan leher ditaruh di antara dua balok kayu di mana di tengah ada lubang tempat jatuhnya pisau. Pada ketinggian 7 meter, pisau dijatuhkan oleh algojo dan kepala terdakwa jatuh di sebuah keranjang di depannya. Berikut uniknya.com himpun, 5 wanita Perancis yang harus meregang nyawa oleh alat ini:
1. Marie Antoinette
Maria Antonia Josepha Johanna von Habsburg-Lothringen, lebih dikenal juga sebagai Marie Antoinette adalah Ratu dari Perancis dan Putri Bangsawan dari Austria. Akibat posisinya sebagai istri dari Louis XVI dan ibu dari Louis XVII maka dia menemui ajalnya di pisau guillotine pada masa Revolusi Perancis di tahun 1793 dan dimakamkan bersama suaminya di makam kerajaan di Saint Denis Basilica, Paris.
2. Madame Elisabeth
Marie Hélène de Perancis atau Elisabeth dari Perancis yang juga dikenal sebagai Madame Elisabeth, adalah seorang putri Perancis dan juga merupakan adik bungsu dari Raja Louis XVI. Selama Revolusi Prancis bergulir, ia tetap setia mendampingi raja dan keluarganya, hingga akhirnya turut dieksekusi di Place de la Révolution di Paris.
3. Olympe de gouges
Olympe de gouges atau terlahir sebagai Marie Gouze, adalah seorang aktris Perancis, yang juga aktivis politik perempuan dan abolisionis, dengan tulisan-tulisannya yang terkenal. Dia memulai karirnya sebagai penulis drama di awal 1780-an. Suhu politik yang terus meningkat jelang Revolusi Prancis, de gouges menjadi semakin terlibat dalam dunia politik. Dia melantangkan pendapat-pendapat vokal demi memperbaiki kondisi para budak di koloni-koloni Perancis pada 1788. Pada saat yang sama, ia mulai menulis pandangan-pandangan politik yang menuntut perempuan Perancis diberi hak yang sama dengan pria Perancis. Dalam Deklarasi Hak Perempuan dan Warga Negara Perempuan-nya (1791), dia menantang praktek otoritas laki-laki dan konsep ketidaksetaraan pria-wanita. Dia dieksekusi dengan guillotine selama revolusi berlangsung atas tuduhan menyerang rezim Maximilien Robespierre.
4. Madame Roland
Marie-Jeanne Roland, atau lebih dikenal sebagai Madame Roland bersama dengan suaminya Jean-Marie Roland de la Platière, adalah seorang pendukung Revolusi Perancis dan anggota berpengaruh dari faksi Girondist. Mungkin hari-hari yang paling menarik dari kehidupan Madame Roland terjadi saat dia berada dipenjara karena aktifitas politiknya. Madame Roland mulai menulis memoarnya selama tinggal di penjara mengenai pandangan-pandangannya terhadap perkembangan politik di Prancis. Setelah Madame Roland membantu suaminya melarikan diri dari Paris, ia menerima nasib kematiannya. Pada tanggal 8 November 1793, dia mati dipenggal oleh guillotine
5. Marie-Louise Giraud
Marie-Louise Giraud adalah seorang ibu rumah tangga yang menjadi, perempuan terakhir yang “merasakan” ketajaman pisau guillotine di Perancis. Giraud dihukum karena melakukan praktik aborsi tahun 1940-an ketika Nazi menduduki Prancis. Dia dihukum mati pada tanggal 30 Juli 1943 karena telah melakukan 27 kali proses aborsi di daerah Cherbourg. Kisahnya diangkat dalam Film yang berisah tentang Perempuan pada 1988 oleh sutradara Claude Chabrol.(**)
Sumber: Dari berbagai sumber