Jangan meremehkan Keiko Wakabayshi, nenek 77 tahun. Tinggi tubuhnya memang tak lebih dari 150 cm, tapi dia orang paling dihormati tentara Italia. Wakabayshi memang bukan sembarang nenek. Dia seorang master jujitsu yang melatih bela diri tentara Italia. Perempuan berjuluk Samurai Granny atau Nenek Samurai itu melatih calon-calon tentara dalam pertempuran satu lawan satu.
Tubuh Nenek Wakabayshi terlihat mungil dibandingkan dengan anak-anak didiknya yang kebanyakan tingginya lebih dari 180 cm. Namun pensiunan itu menguasai jujitsu, kenjitsu, judo, kendo, dan karate.Dengan sederet ilmu bela diri itu, setiap hari Nenek Samurai dengan mudah membanting puluhan tentara di brigade Folgore di barak mereka di Livorno.Setiap tentara di Brigade Folgore pernah menjadi 'korban' si nenek super ini. Kalau saja pertarungan mereka bukan latihan, tentu mereka bakal malu setengah mati. Maklum, Brigade Folgore dikenal karena keberaniannya di Afrika Utara pada Perang Dunia II.
Perempuan Jepang yang kini tinggal di Italia itu selalu mengajarkan pada murid-muridnya bahwa tak ada sesuatu yang mustahil. Setelah berhasil menjatuhkan tentara bertubuh besar dia biasa bilang, “Jangan mengira yang seperti tadi (menjatuhkan lawan lebih besar) sesuatu yang mustahil. Fisik bukanlah masalah.”
Keiko tidak hanya mengajarkan teori karena baginya sparring adalah cara terbaik untuk mengetahui bagaimana cara bertarung. Keiko 'terpaksa' harus menghajar semua muridnya satu per satu sampai mereka dapat menemukan cara untuk membalas serangan dan menguasai tekhnik yang dia miliki.
Berlatih tanding dianggap sebagai metode paling efektif untuk mengajarkan bela diri. Para pejabat senior militer berharap pengalaman dipermalukan seorang perempuan tua akan menjadikan tentaranya tangguh.Nenek Wakabayshi memang keturunan pendekar samurai.
“Pendekar Ueshiba Kissomaru yang mengajari saya banyak hal,” ujarnya. Wakabayshi juga dikenal punya hati baja. Setelah selamat dari hujan bom Sekutu pada Perang Dunia II, perempuan ini belajar aikido. Berangkat dari sana, dia menjajal berbagai jenis ilmu bela diri lain.Di tangan perempuan yang sekilas tampak tak berdaya itu, ketangguhan fisik dan hasil latihan para tentara seakan tak ada gunanya. Mereka seperti lembaran daun yang dengan mudah dibanting.